Bali, (30/9) Dalam rangka kampanye peduli ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), YIPABK bekerja sama dengan PEACE dan CAE mengadakan seminar ke beberapa kota yang ada di Indonesia. Seminar pertama bertajuk “Every Child Is Special” diadakan di kota Bali. Seminar diselenggarakan di salah satu sekolah swasta bernama The Spring yang berlokasi di Ubud.
Seminar bertajuk, “Every Child Is Special” dibawakan oleh Adi Nugroho, salah satu psikolog di bidang pendidikan. Menurut Adi masyarkat perlu tahu bahwa ada tahapan perkembangan yang akan dilewati manusia pada umumnya, yaitu kapan manusia akan belajar berjalan, berbicara, kapan manusia belajar mengenai gender, dan sebagainya (Age Appropriate). “Pada realitanya, banyak masyarakat yang sering salah dalam membantu anak-anak karena ketidakpahaman terhadap anak secara holistik sehingga salah dalam penanganannya atau tidak tepat sasaran. Terkadang sebagai guru jangan memiliki ekspetasi berlebih yang tidak sesuai dengan jenjang umurnya”, jelas Adi.
Disamping itu, Adi menambahkan, masyarakat juga harus aware terhadapa kultu-kultur yang ada (Culture Appropriate). Masing-masing memiliki kultur yang berbeda-beda sehingga dalam menangani anak sebagai pengajar perlu tahu penanganan apa yang tepat sesuai dengan latar belakang sang anak. Pada akhir seminar, Adi menjelaskan secara singkat tentang permasalahan yang kerap terjadi selama tahap tumbuh kembang anak, mulai dari permasalahan perilaku, emosi, belajar dan sosial, atau masalah yang kerap dikira memiliki “gangguan” atau “special”, dan memang anak yang memiliki kekhususan tertentu. Pada sesi ini tanya jawab berlangsung kurang lebih 45 menit dengan banyaknya pertanyaan yang dilontarkan peserta. Peserta banyak yang sharing bagaimana kondisi sekolah mereka masing-masing, dan menanyakan hal-hal apa saja yang harus dilakukan, apakah harus ada penyesuaian dan perubahan kurikulum/sistem di sekolah dan sebagainya.
“Secara pribadi saya sangat terbantu dengan adanya seminar ini, karena jujur secara pribadi selama ini kami bingung harus seperti apa sehingga kerap menangani anak-anak seadanya karena minimnya pengetahuan penanganan terhadap anak-anak berkebutuhan khusus”, ujar Veronica salah satu guru The Spring. “Saya akan mencoba untuk menyebarkan info ke sekolah-sekolah di daerah lain, dan juga mau mencoba men-approach pemerintah setempat untuk alokasi dana sehingga dapat mengadakan pelatihan ABK bagi masyarkat Bali. Terkait hal ini, sebenarnya pemerintah setempat punya alokasi dana untuk kegiatan-kegiatan di Bali seperti sosial, adat, atau pendidikan, tambah Veronica.
Seperti diketahui sekolah Bali, seperti Denpasar dan sekitarnya banyak memiliki anak-anak berkebutuhan khusus, namun sangat terbatas sumber daya manusia (guru, terapis, dsb). The Spring sendiri memiliki jumlah siswa kurang lebih 20 orang, di mana beberapa dari mereka memiliki kebutuhan khusus, seperti Asperger, gangguan belajar, dan lainnya.